Rabu, 09 Juli 2014

Warta Bola | Portal Berita Terpercaya

Perjalanan Panjang Prabowo Subianto Menuju RI 1



Capres nomor urut satu, Prabowo Subianto berorasi saat Kampanye Akbar di Stadion Utama Gelora Bung karno Senayan, Jakarta, Minggu (22/6/2014).
Capres nomor urut satu, Prabowo Subianto berorasi saat Kampanye Akbar di Stadion Utama Gelora Bung karno Senayan, Jakarta, Minggu (22/6/2014). (VIVAnews/Muhamad Solihin)
Tidak ada yang menyangka perolehan suara Prabowo Subianto dalam survei calon presiden oleh berbagai lembaga bakalan bisa menyalip Joko Widodo. Dalam waktu singkat, Prabowo berhasil meyakinkan masyarakat bahwa dia mampu memimpin negeri ini.

Lahir di Jakarta, 17 Oktober 1951, Prabowo adalah putra begawan ekonomi Soemitro Djojohadikusumo, yang menikah dengan Dora Sigar. Seperti disadur dari situs prabowosubianto.info, Prabowo lahir dari keturunan para petinggi negara.
Kakeknya adalah Margono Djojohadikusumo, pendiri Bank Negara Indonesia (BNI 46) yang juga merupakan ketua Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia (DPARI) pertama serta anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Prabowo juga keturunan Adipati Mrapat, bupati Kadipaten Banyumas pertama yang salah satu kakek buyutnya adalah Panglima Laskar Diponegoro untuk wilayah Gowong (Kedu), atau yang lebih dikenal dengan nama Raden Tumenggung Kertanegara III.

Prabowo kecil hidup berpindah-pindah ke banyak negara. Sekitar tahun 1950an, dia sekeluarga diboyong ke Singapura karena ayahnya, Soemitro, diburu aparat keamanan ketika terlibat dalam pemberontakan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta). Dari tahun 1959 hingga 196, Prabowo pernah bersekolah di Hong Kong, Malaysia, Swiss, dan Inggris.

Karir Militer
Lulus sekolah, Prabowo kembali ke Indonesia tahun 1967. Prabowo yang saat itu berusia 16 tahun berkawan akrab dengan Soe Hok Gie dan Sudjatmoko. Nama Prabowo tertulis dalam buku Gie berjudul "Catatan Seorang Demonstran." Gie menyebut Prabowo anak yang cerdas dan cepat tanggap, tapi naif.

Tahun 1970, Prabowo memutuskan masuk Akademi Militer Nasional (AMN) di Magelang, Jawa Tengah, padahal dia telah diterima di dua universitas bergengsi di Amerika Serikat.
Lulus AMN selama empat tahun, dua tahun kemudian Prabowo bergabung dengan Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopasandha), cikal bakal Komando Pasukan husus (Kopassus). Selanjutnya karirnya cemerlang. Tahun 1976, Prabowo menjadi Komandan Peleton Para Komando Group-1 Kopassandha. Setahun kemudian, Prabowo menjadi Komandan Kompi Para Komando Group-1 Kopassandha.

Setelah menikahi Siti Hediati Heriyadi (mbak Titik), putri Presiden Soeharto, Prabowo diangkat jadi Wakil Komandan Detasemen-81 Kopassus tahun 1983-1985. Kemudian, ia berhasil menjadi Wakil Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 Kostrad tahun 1985-1987.

Tahun 1987 sampai tahun 1991, Prabowo menjadi Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 Kostrad, Kepala Staf Brigade Infanteri Lintas Udara 17/Kujang I/Kostrad tahun 1991-1993, Komandan Group-3/Pusat Pendidikan Pasukan Khusus tahun 1993-1995, Wakil Komandan Komando Pasukan Khusus pada tahun 1994, Komandan Komando Pasukan Khusus tahun 1995-1996, hingga akhirnya ia berhasil menjadi Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI pada tahun 1998.

Saat menjadi prajurit Kopassus, tim Prabowo berhasil mengibarkan bendera merah putih di puncak tertinggi dunia, Everest, di Himalaya pada 26 April 1997. Indonesia saat itu adalah negara pertama di kawasan tropis sekaligus negara pertama di Asia Tenggara yang sukses menggapai puncak Everest.

Berbagai penghargaan diperolehnya, diantaranya adalah Bintang Kartika Eka Paksi Naraya, Satya Lencana Kesetiaan XVI Tahun, Satya Lencana Seroja Ulangan-III, Satya Lencana Raksaka Dharma, Satya Lencana Dwija Sistha, Satya Lencana Wira Karya, The First Class The Padin Medal Ops Honor dari Pemerintah Kamboja, Bintang Yudha Dharma Naraya.
Dituduh Menculik
Tahun 1997 saat pergolakan terjadi di tanah air, Prabowo dituduh mendalangi penculikan. Setidaknya 13 orang dikabarkan hilang, di antaranya aktivis Herman Hendrawan, Petrus Bima, dan seniman teater rakyat Widji Thukul. Prabowo memang mengaku memerintahkan Tim Mawar menculik, tapi hanya sembilan orang dan kesemuanya telah dilepaskan.
Tahun 1998 usai lengsernya Presiden Soeharto, Prabowo dituduh akan melakukan kudeta terhadap Presiden BJ Habibie kala itu. Akibatnya, dia diberhentikan dari jabatannya sebagai Panglima Kostrad oleh Wiranto atas perintah Habibie.

Melihat dirinya dalam bahaya, Prabowo mengasingkan diri ke Jerman dan Yordania. Di sana, dia membangun bisnis bersama adiknya, Hashim Djojohadikusumo. Sekembalinya ke tanah air, dia membeli sebagian saham PT Kertas Nusantara yang sebelumnya bernama Kiani Kertas.

Perjalanan Politik
Prabowo terjun ke dunia politik pertama kali bergabung dengan Partai Golkar. Dia kalah saat mencalonkan diri sebagai calon presiden pada Konvensi Capres Golkar tahun 2004.

Selain berpolitik, Prabowo juga aktif menjadi ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) dan Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Selain itu, dia juga menjabat sebagai Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) serta Presiden PERSILAT.

Akhir tahun 2008, Prabowo mendirikan Partai Gerindra (Gerakan Indonesia Raya). Pada pemilu presiden tahun 2009, Prabowo kalah saat menjadi calon wakil presiden mendampingi Megawati Soekarnoputri dari PDIP. Namun Gerindra berhasil meloloskan wakilnya ke DPR.

Kali ini, Prabowo maju sebagai calon presiden dengan Hatta Rajasa sebagai wakilnya. Prabowo didukung oleh Koalisi Merah Putih yang terdiri dari partai-partai besar seperti Golkar, PKS, PAN, PPP dan PBB.
Dalam waktu hanya beberapa bulan, elektabilitas Prabowo meroket bahkan menyalip Joko Widodo yang juga maju jadi capres dari PDIP. (ren)

0 komentar: